Praktis dan Sederhana

Belajar berkesinambungan, berkelanjutan, istiqomah. Demikianlah kira kira yang dilakukan siswa siswi sekolah dasar juara semarang. Setiap pagi anak-anak siap menimba ilmu dengan melajar membaca Al-Qur'an. Dengan mematuhi protokol anak anak berangkat bergantian sesuai jadwal yang di berikan wali kelas. Selain tatap muka langsung, beberapa siswa juga didampingi melalui jaringan. Baik via Vidio Call ataupun aplikasi lain yang dapat secara langsung tatap muka via jaringan.


Kali ini mengenal Prinsip Dasar Pembelajaran Metode Qiroati

Seperti uraian sebelumnya metode Qiroati merupakan bagian dari metode sintesis (tharikah tharkibiyah) khususnya yang terkait erat dengan sistem fenomena (Supardi, 2004). Metode Qiroati dalam pembelajaran di mulai dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf kepada pebelajar, selanjutnya dengan merangkai kata menjadi kalimat sehingga dapat dengan lancar membaca Al Quran. Prinsip-prinsip dasar metode Qiroati adalah:

1) Praktis dan Sederhana

Artinya lansung (tanpa dieja atau diuraikan) sebagai contoh: bila A-Ba (Ø£َ بَ ) tidak dieja alif fatha A ba’ fatha B =A-Ba (Ø£َ بَ ) dan tidak juga dibaca Aa-Baa. Secara kuantitatif jumlah kata yang digunakan bila dibaca secara langsung jauh lebih sedikit daripada jumlah suku kata yang digunakan dengan dieja atau diuraikan.

Kalimat yang dipakai harus sederhana, menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks yang akan dibaca atau menghindari kalimat yang bersifat teoritik atau deskriptif. Gunakan kalimat: perhatikan ini! Bunyinya “ بَ ” (Ba), jangan mengatakan “yang bentuknya begini”, seperti ini bunyinya adalah “بَ ” untuk membedakan antar huruf“بَ تَ Ø«َ”cukup membedakan perhatikan titiknya ini, “ بَ” atau “ تَ ” atau ini “ Ø«َ”.

Mengajarkan bentuk huruf yang bersambung atau bergandeng, tidak diperkenankan mangatakan “ini huruf di depan, ini di tengah dan ini di belakang” katakan saja ini sama bunyinya. Apabila satu huruf bisa berubah bentuknya seperti “جَا, Ùƒَا” maka katakan “ جَ, Ùƒَ ” memiliki bentuk yang beragam dan dibaca dengan cara yang sama.

Anak usia (7-11 tahun) menurut Piaget sebagai masa operasional konkrit (Slavin, 1994). Artinya di dalam proses pembelajaran, materi pelajaraan yang di sampaikan diusahakan dengan bahasa yang sesederhana mungkin, tidak menggunakan uraian kalimat yang panjang karena pada masa itu kemampuan verbal pebelajar masih terbatas pada hal-hal yang nyata (konkrit).

Menurut teori kognitif, dengan kata-kata yang diuraikan, pebelajar akan mengalami kesulitan dalam menangkap informasi yang disampaikan. Banyaknya informasi, menyulitankan pebelajar dalam menangkap informasi mana yang penting dan kurang penting, sehingga lebih banyak informasi itu terbuang (Slavin, 1994). Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan singkat bagi pebelajar akan lebih efektif bila dibandikan dengan menggunakan kata-kata yang diuraikan. Teori belajar kognitif memusatkan perhatian pada struktur-struktur dan prinsip-prinsip kognitif yang bertindak sebagai jembatan antara stimuli pembelajar dan respon-respon pebelajar. Pembelajar dipandang sebagai pengkonstruksi makna dari pembelajaran, bukan makan yang terletak secara terpisah dalam pembelajaran (Setyosari, 2001).

 

0 Komentar