Ketika Neneng jadi guru

Tulisan Diah Anggraini, SPd (Guru Kelas IV)


Gaya mengajar guru = gaya belajar siswa. Dengan menerapkan kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligencies approach, seorang guru mampu memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Seperti halnya siswa kelas IV ini, mereka sedang belajar Bahasa Indonesia dengan strategi “Tutor Sebaya”. Artinya seorang siswa sedang presentasi atau menjelaskan sesuatu kepada temannya sendiri. Mereka diberikan kebebasan untuk ber-explore di depan kelas, khususnya di depan temannya sendiri. Subhanallah yach, ternyata ketika mereka sedang presentasi ada juga dialog interaktifnya dengan tanya jawab antara yang presentasi dan teman-temannya yang menjadi pendengar. Meski kadang ada anak yang memanfaatkan presentasi sambil “ndagel atau nglucu” karena memang terbawa oleh karakternya. Sungguh ini benar-benar alami apa yang mereka lakukan. Padahal tema yang diangkat cukup sederhana, yakni “menjelaskan macam-macam peralatan sekolah dan kegunaannya”. 



Ada salah satu siswa yang membuat saya kagum. Dia adalah Neneng. Anak yatim yang tinggal di panti asuhan ini,  dikenal pendiam dan pemalu. Tapi, ternyata ketika tampil di depan teman-temannya, dia mampu memberikan yang terbaik dengan dialog interaktifnya. Kata Neneng, “Teman-teman, lihatlah aku mempunyai sesuatu nih. Coba tebak, apa ini?”. Lantas teman-teman menjawab serentak “Dosgrip”. “Pintar,” Jawab Neneng. “Dosgrip ini kegunaannya apa ya?” Sambung Neneng lagi. Teman-teman menjawab pula “untuk tempat pensil”. Neneng merespon “good, good, good”. Spontan saja semua teman-teman tertawa melihat gayanya Neneng yang tampil ekspresif.

Semoga kita mampu menfasilitasi munculnya special moment untuk anak-anak special kita untuk melejitkan potensi mereka…aminnn.

0 Komentar