Learning From Maestro



”Bacalah...bacalah...bacalah! Tidak...aku tidak bisa membaca”. Peristiwa 14 abad silam di Gua Hira, jazirah Arab terulang di SD Juara Semarang ketika Bu Asri (Guru Kelas I) meminta siswanya untuk membaca teks buku pelajaran. Tragisnya, dari 48 siswa 50 % diantaranya terindikasi belum lancar baca tulis latin. Fenomena ini membuat Bu Asri sering mengernyitkan dahi berfikir bagaimana cara mengatasinya.

Gayung bersambut, ketika Bu Asri menyampaikan problemnya ke Bapak Kepala Sekolah (Pak Jek) maka secercah harapan solusi didapat. Sudah menjadi bagian dari tadhbir ilahi manakala tidak terencana Pak Jek silaturahim ke salah satu temannya dan di sana bertemu seorang maestro dalam hal pembelajaran baca tulis anak. Dialah Bu Sri Purwaningsih yang akrab dipanggil Bu Ipung  penemu metode baca ba bi bu be bo.

Spontan tapi pasti Pak Jek mengajak Bu Asri dan guru lainnya untuk berkunjung ke kediaman Bu Ipung dengan tujuan berkenalan sekaligus menimba ilmu beliau.

Sabtu, 25 September 2010 menjadi hari bersejarah untuk awal perbaikan kualitas baca tulis siswa SD Juara Semarang.


Di rumah yang kecil dan sederhana itu, Bu Ipung memberanikan diri membuka TK dengan 10 siswa pertamanya. Hangat meriah itulah kesan kami terhadap sambutan beliau di waktu dhuha. Tanpa ba bi bu kita langsung cas cis cus seperti layaknya teman lama yang renuian hingga tak merasa waktu dah masuk dhuhur. “dapat pelatihan gratis, makan siang gratis, dan tidur siang gratis...” demikian komentar Bu Asri ketika rekan guru lain menanyakan apa yang didapat dari Bu Ipung.
 
Banyak hal yang kami dapat dari silaturahim ke Bu Ipung, diantaranya; metodologi pembelajaran baca tulis anak, paradigma pembelajaran/pendidikan anak, dan buku karya beliau. Kamipun berdecak dan bergumam pantaslah kalau Menteri Pendidikan (waktu itu Bpk. Wardiman) menganugerahi beliau sebagai Juara I guru kreatif tingkat Nasional pada tahun 1996 silam dan sebagai Sang Maestro pembelajaran baca tulis.

0 Komentar